pondok pesantren putera alkhairaat palu

pondok pesantren putera alkhairaat palu

Jumat, 26 Maret 2010

bayi bicara

tak ada manusia yang berbicara pada seorang bayi kecuali tiga : Nabi Isa Putra Maryam ketika masih bayi, yang kedua adalah bayi yang menjadi sahabat juraij seorang ahli ibadah, dan yang ketiga adalah seorang bayi yang menyusu pada ibunya dalam sebuah perjalanan.

mengenai kisah bayi Nabi Isa Putra Maryam, bisa kita dapati kisahnya di dalam Alquran, khususnya pada surat Maryam ayat 27 sampai ayat 36. pada tulisan ini dan tulisan berikutnya akan diceritakan tentang kisah bayi sahabat juraij dan bayi yang menyusu pada ibunya.

baiklah mari sejenak kita ikuti kisah bayi yang kedua. bayi ini adalah sahabat seseorang yang bernama juraij. juraij adalah seorang ahli ibadah dia membangun sebuah biara dan dia selalu berada didalamnya. ketika sedang shalat, tiba-tiba juraij didatangi oleh ibunya , ibunya memanggil "hai juraij"

mendengar panggilan ibunya, juraij berkata "Ya Rabbi, ibu saya dan shalat saya??" maksud dari pekataan juraij adalah antara menjawab panggilan ibunya atau menyempurnakan shalatnya dulu. ternyata juraij lebih memilih meneruskan shalatnya. akhirnya sang ibu pergi.
keesokan harinya, ibunya datang lagi pas ketika juaij sedang shalat. lalu sang ibu memanggil "hai juraij!" lalu juraij berkata sepeti kemarin, "Ya Rabbi, ibuku dn shalatku?" ternyata juraij lebih memilih untuk meneruskan shalatnya.
maka ibunya pun berdoa, "Ya Allah, janganlah Engkau mematikannya sehingga ia melihat kepada muka wanita pelacur ."

singkat cerita, nama juraij beredar ditengah - tengah masyarakat Bani Israil pada waktu itu. masyarakat sering menyebut-nyebut nama juraij dan ibadahnya. dan ditengah-tengah masyarakat ada seorang wanita pelacur yang sangat terkenal cantik. saking cantiknya, wanita ini sering dijadikan perumpamaan dalam hal kecantikan ketika itu. wanita pelacur ini berkata, "jika kalian mau, aku akan mengujinya"

dia hendak menfitnah juraij. dia pun lalu merayu dan menggodanya. tapi juraij tidak melirik sama sekali. tidak putus asa, wanita pelacur ini akhirnya mendatangi seorang penggembala yang biasa tidur dibiara juraij. pelacur ini menyerahkan dirinya kepada penggembala ini dan berzina, sampai akhirnya hamil.

ketika pelacur ini melahirkan,dia berkata, "anak ini dari juraij".
mendengar perkataan si pelacur, masyarakat mendatangi juraij dan memukulinya. mereka menurunkannya dengan paksa lalu menghancurkan biaranya, dan memukulinya kembali. "ada apa kalian ini?" sergah juraij kebingungan.
mereka menjawab, "kamu bercinta dengan pelacur itu hingga ia melahirkan dari kamu."mana bayi itu?"tanya juraij. akhirnya mereka mendatangkan bayi tersebut. juraij berkata, "biarkan aku sampai selesai sholat,"setelah dia selesai shalat, dia mendatangi bayi tersebut lalu menekan perutnya dengan jarinya dan berkata, "hai anak kecil, siapa ayahmu?" bayi itu menjawab, "fulan si penggembala itu."
mendengar jawaban sibayi, akhirnya masyarakat menyerbu juraij, menciuminya, dan mengusap-usapnya. mereka berkata, "kami akan membangun biaramu dari emas."
jawaban juraij, "tidak, kembalikan dari tanah liat seperti semula"

Minggu, 03 Januari 2010

Tonggak Sejarah Islam di Indonesia Timur


Setiap tahun setelah hari raya Iedul Fitri, persisnya 12 Syawwal, ribuan umat Islam dari berbagai daerah di kawasan Indonesia timur berduyun-duyun datang ke Palu, Sulawesi Tengah. Tujuannya, menghadiri acara haul (peringatan wafatnya, red) tokoh dan tonggak Islam di kawasan Indonesia Timur, Guru Tua Al-Alimul ‘Allamah HS Idrus bi Salim Al Djufri. Di sanalah, penebar Islam asal Hadramaut yang menghabiskan separuh usianya di Indonesia itu, dimakamkan.

Masyarakat Muslim Indonesia timur memang sangat sulit melupakan perjuangan gigih dari seorang Tuan Guru HS Idrus bin Salim Al Djufri. Semangatnya untuk menebarkan Islam ke pelosok-pelosok daerah terpencil, sangat dirasakan. Tak hanya pelosok yang bisa ditempuh dengan jalan kaki dan kendaraan. Almarhum sering menembus daerah terpencil dengan menggunakan sampan untuk memberikan pencerahan akidah Islam dan bimbingan kepada umat Islam yang membutuhkan.

Habib Idrus muda memang gigih menimba ilmu agama. Pada usia 18 tahun ia telah hafal Alquran ditambah tempaan langsung ayahnya, Habib Salim Aljufri.

Setelah ayahnya wafat, ia diangkat menjadi mufti muda di Taris menggantikan sang ayah. Jabatan mufti yang disandangnya merupakan jabatan tertinggi di bidang keagamaan dalam suatu kesultanan.

Gaya dakwah Habib Idrus sangat halus dan simpatik, sangat berbeda dengan gaya gerak sejumlah ulama yang mengintroduksi gerakan di beberapa wilayah. Kendati Indonesia adalah negeri keduanya — ia memutuskan pergi dari negerinya dan meluaskan dakwah ke Indonesia tahun 1920-1n — ia sangat menjunjung tinggi negeri ini. Orang akan teringat betapa kecintaannya kepada negerinya yang kedua ini dalam syairnya saat membuka kembali perguruan tinggi pada 17 Desember 1945 setelah Jepang bertekuk lutut, ia menggubah syair, Wahai bendera kebangsaan berkibarlah di angkasa; Di atas bumi di gunung nan hijau, Setiap bangsa punya lambang kemuliaan; Dan lambang kemuliaan kita adalah merah putih.

Warisan besar dan berharga yang ditinggalkan Guru Tua adalah lembaga pendidikan Islam Alkhairaat. Sampai saat ini Alkhairaat telah mengukir suatu prestasi yang mengagumkan. Dari sebuah sekolah sederhana yang dirintisnya, kini lembaga ini telah berkembang menjadi 1.561 sekolah dan madrasah.

Selain itu, Alkhairaat juga memiliki 34 pondok pesantren, 5 buah panti asuhan, serta usaha-usaha lainnya yang tersebar di kawasan Timur Indonesai (KTI). Sedangkan di bidang pendidikan tinggi, yakni universitas, Alkhairaat memiliki lima fakultas definitif dan dua fakultas administratif atau persiapan, yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan dan Fakultas Kedokteran dengan 11 program studi pada jenjang strata satu dan diploma dua.

Kitab Tarikh Madrasatul Khiratul Islamiyyah karya salah seorang santri generasi pertama Habib Idrus, menyebut makna secara etimologis Alkhairaat berasal dari kata khairun yang artinya kebaikan. Semangat menebar kebaikan itulah yang diusung Guru Tua, julukannya.

Ia memancangkan tonggak Alkhaeraat selama 26 tahun (1930-1956). Ia membesarkan lembaga pendidikan yang didirikannya hingga pada akhirnya, tahun 1956, menjangkau seluruh wilayah Indonesia timur.

Pada tahun itu pula dilaksanakan muktamar Alkhairaat yang pertama, bersamaan dengan peringatan seperempat abad Alkhairaat. Dalam muktamar itu lahirlah keputusan penting, yaitu berupa struktur organisasi pendidikan dan pengajaran, serta dimilikinya anggaran dasar. Tonggak lembaga ini sebagai sebuah institusi modern terpancanglah sudah.

Periode selanjutnya adalah masa konsolidasi ide selama sembilan tahun yakni sejak 1956 hingga 1964. Guru Tua memberikan kepercayaan kepada santrinya yang terpilih yang diyakininya cukup andal dan memiliki spesialisasi kajian. Murid-murid pelanjut Guru Tua antara lain KH Rustam Arsjad, KH Mahfud Godal, yang ahli dalam bidang ilmu tajwid dan tarikh, serta KHS Abdillah Aljufri yang ahli dalam ilmu sastra Arab dan adab. Rustam menduduki posisi pimpinan pesantren karena keahliannya dalam bidang ilmu fikih dan tata bahasa Arab.

Madrasah Alkhairaat terus berkembang walaupun saat itu hubungan transportasi maupun komunikasi antara daerah belum selancar sekarang. Puncaknya, tahun 1964, Alkhairaat membuka perguruan tinggi Universitas Islam (Unis) Alkhairaat di Palu. Habib Idrus duduk sebagai rektornya.

Perkembangan perguruan tinggi ini tersendat tahun 1965. Perguruan tinggi ini dinonaktifkan. Sebagian besar mahasiswa dan mahasiswinya ditugaskan untuk membuka madrasah di daerah-daerah terpencil. Ini sebagai upaya membendung komunisme, sekaligus melebarkan dakwah Islam. Pada tahun 1969 perguruan tinggi tersebut dibuka kembali dengan satu fakultas saja, yaitu Fakultas Syariah.

Pada tanggal 12 Syawwal 1389 H bertepatan dengan 22 Desember 1969 Habib Idrus bin Salim Al-Djuffri atau lebih dikenal Guru Tua wafat. Ia menutup 46 tahun berkiprah di dunia dakwah dan pendidikan dengan mewariskan lembaga pendidikan yang terus berkembang hingga saat ini.

Setelah Guru Tua wafat, Alkhairaat menyempurnakan diri sebagai sebuah institusi modern yaitu dengan adanya Perguruan Besar (PB) Alkhairaat, Yayasan Alkhairaat, Wanita Islam Alkhairaat (WIA) dan Himpunan Pemuda Alkhairaat (HPA) serta Perguruan Tinggi Alkhairaat, Swalayan Alkhairaat , lembaga ini juga memiliki surat kabar mingguan (SKM) Alkhairaat,